Kupangmetro – Terminal angkutan penumpang Noelbaki milik Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dikelolah Unit Pengelolah Teknis (UPT) Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Wilayah Kupang, Alor, Rote dan Sabu Dinas Perhubungan Provinsi NTT saat ini telah rusak dan belum mendapat perhatian.
Dari pantauan media terlihat kondisi atap terminal yang terbuat dari seng sudah banyak yang terlepas sehingga pada saat hujan mengakibatkan air menggenangi seluruh area ruang tunggu terminal.
Selain atap yang sudah terlepas, kondisi dinding bangunan juga sudah retak-retak dan bahkan tiang penyanggahpun juga mulai bergeser dari dinding tembok sehingga ada celah, serta plafon ruang kerja staf juga sudah terlepas.
Selain itu lantai dan ruang tunggu penumpangpun juga mulai rusak dan retak sehingga membuat penumpang tidak merasa nyaman, apalagi pada saat hujan.
Koordinator Terminal Penumpang Noelbaki, Semuel Mauldena menjelaskan, terminal angkutan penumpang Noelbaki yang dibangun tahun 1998 silam sebelumnya dikelolah oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Kupang.
“Waktu itu terminal ini masih berstatus terminal penumpang type C dan dikelolah oleh Dishub Kabupaten Kupang. Dan pada tahun 2016 dinaikan status menjadi type B dan langsung dikelolah oleh Dishub Pemprov,” jelas Mauldena, Selasa (24/01/2023).
Menurut Mauldena, pihaknya telah melaporkan kondisi terminal Noelbaki ke pihak UPT dan telah diteruskan ke Dinas Perhubungan Provinsi NTT sebagai pemilik. Namun sampai saat ini belum ada respon dari Dinas Perhubungan NTT.
Mauldena menambahkan, saat ini desain perencanaan pembangunan gedung terminal penumpang Noelbaki yang baru telah selesai dibuat sebelum pandemi covid 19 melanda dunia. Namun rencana pembangunan gedung terminal tersebut belum bisa dilakukan karena terkendala biaya.
Terminal angkutan penumpang Noelbaki merupakan terminal Type B yang paling sibuk melayani Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) dari wilayah kabupaten Belu, Malaka, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Kupang.
Dalam sehari petugas terminal Noelbaki harus melayani sekitar 1600 sampai 2000 penumpan AKDP.
“Kami disini melayani AKDP yang keluar masuk terminal sekitar 80 unit setiap hari terhitung dari pukul 07.00 sampai pukul 16.00 wita. Itupun belum termasuk angkutan kota dan angkutan pedesaan,” tambahnya.
Yuliana Sine, salah seorang warga yang membuka usahanya di lokasi terminal penumpang mengharapkan pemerintah provinsi NTT segera memperhatikan kondisi terminal yang saat ini sudah rusak karena menyangkut keselamatan penumpang dan warga sekitar yang beraktifitas di terminal.
“Terminal ini adalah salah satu aset negara yang menjadi tempat orang tunggu angkutan, sehingga kalau tidak cepat diperbaiki bisa membahayakan orang. Jangan sampai orang lagi duduk tunggu angkutan, kayu dari atap jatuh dan mencelekai orang,” ungkapnya.
Selain Yuliana Sine, salah seorang pedagang lainnya, Ana Rofina Ornay juga sangat mengharapkan perhatian pemerintah provinsi NTT untuk segera memperbaiki bangunan terminal yang sudah rusak.
“Kalau hujan dan angin kami merasa tidak tenang karena takut kalau ada kayu dan seng yang jatuh menimpa kami,” pintanya. (andi sulabessy)